Di Indonesia, Harajuku tidaklah asing lagi. Gaya rambut gondrong disasak dengan beberapa bagian ditegakkan, diwarnai, akan terlihat keren, berani, dan stylies. Bahkan mungkin aneh bagio sebagian besar orang. Banyak anak-anak muda Indonesia yang memilih gaya rambut seperti ini. Ditambah cara berpakaian yang memiliki banyak sentuhan rumit. Tapi apakah Harajuku itu sebatas gaya rambut seperti itu atau juga meliputi model pakaian dan aksessoris yang digunakan?
SEJARAH GAYA HARAJUKUPada zaman Edo, daerah yang disebut HARAJUKU ini, merupakan tempat orang-orang singgah dan beristirahat bagi orang yang bepergian melaui rute jalan utama jalan KAMAKURA. Disinilah dulu para Ninja dari IGA mendirikan markas untuk melindungi kota EDO karena letaknya yang strategis.
Harajuku pada awalnya adalah sebutan orang (bukan sebutan resmi) untuk daerah kawasan sekitar stasiun JR HARAJUK, di distrik SHIBUYA, TOKYO. Di tempat ini, terkenal dengan tempat nongkrongnya anak-anak muda Jepang. Biasanya, tempat yang mereka kunjungi adalah Kuil Meiji, Taman Yoyogi, Departtemen Store Lofaret, Gimnasium Nasional Yoyogi dan Takeshita-Dori (Tepat perbelanjaan jalan Takeshita). Dari tahun 1980, di HARAJUKU adalqah tempat berkembangnya subkiltur Takenoko-zoku. Sampai saat ini, daerah ini, masih dapat kita temui anak-anak muda yang bergaya aneh. Karena itulah, gaya HARAJUKU yang aneh ini disebut HARAJUKU.
MACAM-MACAM HARAJUKU STYLE
Gothic Lolita, ini adalah gaya klasik harajuku. Cirinya adalah mengenakan busana campuran antara gothic, feminime, dan elegant. Penampilan gaya Gothic Lolita ini mirip dengan boneka Victoria.
Visual Kei, ini adalah ciri dari japanese rock (fashion ala punk, gothic, sampai heavy metal) dengan model rambut eksentrik, dan dipadu dengan berbagai aksesoris, make up, dan tindik (konsultasi dengan orang tua anda mengenai tindik).
Cosplay, ini adalah gaya busana yang terinspirasi dari tokoh game, tokoh anime, atau tokoh kartun favorit anda.
Decora style, yaitu style dengan perpaduan warna yang ngejreng, flamboyant, dengan berbagai pernik aksesoris dari kepala sampai ujung kaki. Bahkan saking banyaknya aksesoris yang dipakai, setiap saat bergerak, semua aksesoris tersebut akan berbunyi secara bersamaan.
Kawaii, artinya adalah cute, ini merupakan gaya anak-anak yang riang atau ceria. Anda bisa mengambil inspirasi dari tokoh anime, mainan, warna-warna pastel dan sebagainya.
Ganguro, cirinya adalah fashion dengan warna-warna cerah, rok mini, gelang, kalung, lipstick dengan waran putih, eye shadow, dan rambut yang di bleaching dengan warna abu, silver, atau orange.
Wamono, yaitu gaya memadukan antara busana barat dengan gaya tradisional jepang.
SUMBER REFERENSI :
http://the-yakuza.blogspot.com/2009/02/harajuku-adalah-sebutan-populer-untuk.html
http://divadivo.net/tag/harajuku-style/
Friday, May 14, 2010
KUALITAS TULISAN DAN PERENCANAAN PENULISAN
Waktu SMP, saya dikenalkan dengan “Kerangka Karangan”. Dimana kita melakukan penyusunan-penyusunan bahasan terlebih dahulu terhadap tulisan yang nantinya akan kita tulis. Ini seperti halnya orang yang sedang merencanakan sesuatu. Mungkin berwisata. Tentu kita akan melakukan planning dengan melakukan sususan kunjungan-kunjungan pada tempat wisata tersebut. Dengan begitu, kita dapat mengunjungi seluruh tempat yang kita igninkan dengan waktu yang telah kita sesuaikan. Wisata akan berjalan lebih menyenangkan, tertata dan terjadwal dengan rapi. Begitu pula dengan sebuah perencanaan penulisan. Hasil tulisan kita akan lebih tersusun rapi, fokus dan mengenai sasaranya. Pembaca akan lebih mudah memahami tulisan kita. Namun, seberapa jauh kualitas tulisan dipengaruhi oleh perencanaan penulisan?
Sebelumnya, apa itu “Tulisan Berkualitas”? Menurut saya, tulisan berkualitas dilihat pada dua segi. Pertama Kontent (isi) dan yang kedua adalah Penulisan tulisan itu sendiri. Pertama dari kontentnya. Tulisan yang berkualitas adalah tulisan yang bermanfaat bagi pembacanya. Yang kedua adalah dari segi penulisan tulisan itu. Dimana tulisan itu mudah dipahami dan menyenangkan untuk dibaca oleh pembacanya. Segi yang kedua inilah yang membutuhkan perencanaan penulisan. Tetapi sebetulnya tidak hanya perencanaan penulisan yang memengaruhi kualitas dari hasil tulisan yang akan kita buat. Karena tulisan merupakan permainan bahasa, maka kemampuan si penulis untuk mengungkapkan bahasan yang dia tulis adalah lebih besar. Jika si penulis memiliki kemampuan berbahasa dan bertutur dengan baik, maka tulisan yang akan dihasilkan juga baik. Perencanaan penulisan hanyalah merupakan cara untuk membantu kita menulis dengan hasil lebih baik. Namun, untuk sebuah penulisan tulisan yang bersifat formal, akan lebih mudah jika kita mengacu pada perencanaan penulisan ini.
Perencanaan penulisan, biasanya terdiri dari urutan sebagai berikut :
1. Pemilihan Topik bahasan
2. Pembatasan Topik
3. Penetapan maksud Tulisan yang akan kita buat
4. Perumusan tesis
5. Membuat kerangka karangan
Bagi seorang pemula maupun yang akan menulis karya tulis ilmiah, akan sangat bermanfaat. Bagi seorang pemula, biasanya mereka akan kebingungan jika akan memulai tulisan mereka. Dengan adanya perencanaan penulisan, mamandu mereka untuk berpikir berurutan tentang tulisan mereka. Pemilihan topik tentu merupakan hal paling dasar.
Mengenai apa yang akan kita tulis nantinya. Selanjutnya pembatasan topik, dimana kita akan menetapkan sebuah garis kotak diantara seluruh wilayah bahasan pada satu titik bahasan hingga membatasi bahasan tulisan kita hanya pada bagian yang kita fokuskan. Dan seterusnya. Sehingga Topik, bahasan, tujuan penulisan, dan urutan penulisanya terpadu dengan baik, saling berkaitan dan menjadikan sebuah tulisan mencapai sasaranya. Seorang penulis pemulapun akan lebih mudah mengarahkan tulisanya.
Perencanaan penulisan akan sangat membantu kita dalam menulis sebuah tulisan berkualitas. Apalagi bagi seorang pemula. Tapi mungkin sebagian besar dari kita akan lebih senang menulis secara otomatis tanpa perencanaan. Dan yang terpenting dari semuanya adalah kemampuan kita dalam menyusun kata-kata.
Sebelumnya, apa itu “Tulisan Berkualitas”? Menurut saya, tulisan berkualitas dilihat pada dua segi. Pertama Kontent (isi) dan yang kedua adalah Penulisan tulisan itu sendiri. Pertama dari kontentnya. Tulisan yang berkualitas adalah tulisan yang bermanfaat bagi pembacanya. Yang kedua adalah dari segi penulisan tulisan itu. Dimana tulisan itu mudah dipahami dan menyenangkan untuk dibaca oleh pembacanya. Segi yang kedua inilah yang membutuhkan perencanaan penulisan. Tetapi sebetulnya tidak hanya perencanaan penulisan yang memengaruhi kualitas dari hasil tulisan yang akan kita buat. Karena tulisan merupakan permainan bahasa, maka kemampuan si penulis untuk mengungkapkan bahasan yang dia tulis adalah lebih besar. Jika si penulis memiliki kemampuan berbahasa dan bertutur dengan baik, maka tulisan yang akan dihasilkan juga baik. Perencanaan penulisan hanyalah merupakan cara untuk membantu kita menulis dengan hasil lebih baik. Namun, untuk sebuah penulisan tulisan yang bersifat formal, akan lebih mudah jika kita mengacu pada perencanaan penulisan ini.
Perencanaan penulisan, biasanya terdiri dari urutan sebagai berikut :
1. Pemilihan Topik bahasan
2. Pembatasan Topik
3. Penetapan maksud Tulisan yang akan kita buat
4. Perumusan tesis
5. Membuat kerangka karangan
Bagi seorang pemula maupun yang akan menulis karya tulis ilmiah, akan sangat bermanfaat. Bagi seorang pemula, biasanya mereka akan kebingungan jika akan memulai tulisan mereka. Dengan adanya perencanaan penulisan, mamandu mereka untuk berpikir berurutan tentang tulisan mereka. Pemilihan topik tentu merupakan hal paling dasar.
Mengenai apa yang akan kita tulis nantinya. Selanjutnya pembatasan topik, dimana kita akan menetapkan sebuah garis kotak diantara seluruh wilayah bahasan pada satu titik bahasan hingga membatasi bahasan tulisan kita hanya pada bagian yang kita fokuskan. Dan seterusnya. Sehingga Topik, bahasan, tujuan penulisan, dan urutan penulisanya terpadu dengan baik, saling berkaitan dan menjadikan sebuah tulisan mencapai sasaranya. Seorang penulis pemulapun akan lebih mudah mengarahkan tulisanya.
Perencanaan penulisan akan sangat membantu kita dalam menulis sebuah tulisan berkualitas. Apalagi bagi seorang pemula. Tapi mungkin sebagian besar dari kita akan lebih senang menulis secara otomatis tanpa perencanaan. Dan yang terpenting dari semuanya adalah kemampuan kita dalam menyusun kata-kata.
Friday, April 9, 2010
KESATUAN, KEPADUAN DAN KELENGKAPAN DALAM SEBUAH PARAGRAF
Dalam membuat sebuah tulisan, kita sering menuliskanya dalam beberapa paragraf. Disinilah kita dituntut untuk selalu memperlihatkan Kesatuan, Ketepatan dan Kelengkapan antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Karena satu paragraf dengan paragraf yang lain dalam tulisan yang kita buat merupakan satu keterkaitan, satu kesatuan yang saling berkaitan sehingga haruslah kita buat singkron agar pembaca dapat memahami dengan baik dan tulisan tersebut tetap pada jalur tema penulisan yang seharusnya.
1. Pengertian
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan pokok dapat dikomunikasikan kepada pembaca secara efektif. Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat, oleh karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan, paragraf membutuhkan organisasi dan susunan yang khas. Di samping itu, karena paragraf merupakan bagian dari suatu pasal, maka antara paragraf satu dengan yang lain harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan rangka keseluruhan karangan. Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang logis.
2. Panjang Paragraf
Dalam suatu paragraf, pernyataan pokok (kalimat topik) diikuti oleh sejumlah pernyataan pendukungnya. Pernyataan pendukung tersebut harus cukup rinci sehingga gagasan utama yang akan dikomunikasikan menjadi jelas bagai pembaca. Rincian yang terlalu sedikit akan menyulitkan pembaca memahami isi paragraf. Sebaliknya, rincian yang berlebih-lebihan tidak akan membuat paragraf lebih jelas, bahkan rincian yang bertele-tele akan menjemukan pembaca. Oleh karena itu pilihlah rincian yang cocok dengan pokok bahasan, dan jumlahnya memadai sehingga terbentuk paragraf yang hemat.
Panjang pendeknya paragraf tergantung sepenuhnya pada kedalaman isi pikiran atau gagasan pokok yang akan dikomunikasikan, dan “daya baca” pembaca yang menjadi sasaran tulisan. Sebuah paragraf harus mampu menjelaskan gagasan pokok secara tuntas. Apabila satu kalimat dipandang belum dapat menjelaskannya, maka perlu ditambah dengan kalimat kedua, ketiga dan seterusnya, sampai menjadi jelas. Paragraf yang terlalu pendek (terdiri atas satu atau dua kalimat) seringkali tidak cukup mampu menjelaskan gagasan pokok senyatanya. Sedangkan, paragraf yang terlampau panjang dan berbelit-belit justru akan mengaburkan gagasan pokok yang seharusnya ditonjolkan. Paragraf surat kabar umumnya pendek-pendek (20-40 kata) karena harus dapat dibaca cepat oleh berbagai lapisan masyarakat. Majalah populer umumnya menggunakan paragraf yang panjangnya 100-150 kata. Pada umumnya buku ajar perguruan tinggi memiliki panjang paragraf antara 75 dan 200 kata.
3. Pola susunan paragraf
Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang tersusun dengan pola runtunan tertentu, antara lain:
1) Pola runtunan waktu
Pola susunan ini biasanya dipakai untuk memerikan (mendeskripsikan) suatu peristiwa atau prosedur membuat atau melakukan sesuatu selangkah demi selangkah. Misalnya cara melakukan percobaan, menyelesaikan masalah, dan menggunakan suatu alat. Pola susunan ini ditandai dengan “rambu” yang menyatakan runtunan waktu, seperti pertama, mula-mula, lalu, kemudian, setelah itu, sambil, seraya, selanjutnya, dsb.
2) Pola runtunan ruang
Apabila penulis menggunakan pola runtunan ruang secara umum, ia akan menggunakan kata seperti di sebelah kiri, sedikit di atas, agak menjorok ke dalam, dsb. Apabila penulis menggunakan pola ini secara pasti, maka ia dapat menyebutkan ukurannya, misalnya sepuluh sentimeter di atasnya, menjorok ke dalam 1 m, membentuk sudut 45 derajat, dsb.
3) Pola susunan sebab-akibat
Pola susunan paragraf ini digunakan antara lain untuk (1) mengemukakan alasan secara logis, (2) mendeskripsikan suatu proses, (3) menerangkan sebab bagi suatu peristiwa atau fenomena, (4) memprakirakan peristiwa yang akan terjadi. Beberapa rambu dalam pola susunan ini adalah jadi, karena itu, dengan demikian, karena, mengakibatkan, akibatnya, menghasilkan, sehingga, dll.
4) Pola susunan pembandingan
Pola ini digunakan untuk membandingkan dua perkara atau lebih, yang di satu pihak mempunyai kesamaan, sedangkan di pihak lain kebedaan. Pembadingan ditandai dengan rambu seperti tetapi, apalagi, berbeda dengan, demikian pula, sedangkan, sementara itu.
5) Pola susunan daftar
Suatu paragraf dapat pula memuat rincian yang diungkapkan dalam bentuk daftar. Susunan daftar dapat berformat (berderet ke bawah) atau tidak (membaur di dalam paragraf itu sendiri, sehingga tak terlihat jelas sebagai daftar. Baik berformat maupun tidak, kalimat-kalimat rincian perlu seiring dan berhubungan secara mulus dengan kalimat induknya.
6) Pola susunan contoh
Banyak gagasan yang memerlukan contoh, sehingga kalimat-kalimat rinciannya mengemukakan contoh-contoh, yang adakalanya diawali dengan kata misalnya atau contohnya, tetapi adakalanya tidak.
7) Pola susunan bergambar
Terdapat pernyataan yang dilengkapi dengan gambar (bagan, tabel, grafik, diagram, dsb.) untuk memperjelas maksud pernyataan tertulisnya. Dalam kaitan itu perlu dicantumkan penunjukan kepada gambar bersangkutan supaya pembaca mengetahui gambar yang harus dilihatnya, misalnya “lihat gambar 2”, atau “(gambar 2)”.
4. Perpautan antarkalimat
Paragraf yang baik memiliki kesetalian atau keterpautan, yang mengikat pernyataan di dalamnya menurut runtunan yang logis. Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk memperpautkan kalimat agar diperoleh paragraf yang setali, antara lain sebagai berikut:
1) mengulang kata dari kalimat yang satu pada kalimat berikutnya, misalnya obyek pada kalimat pertama menjadi subyek pada kalimat kedua;
2) menggabung dua kalimat atau lebih menjadi sebuah kalimat majemuk;
3) menggunakan perangkai (jadi, contohnya, seperti, sebagai gambaran, selain itu, kedua, lagi pula, selanjutnya, juga, akhirnya, di satu pihak, dipihak lain, sebaliknya, sekalipun begitu, tetapi, oleh karena itu, kesimpulannya, dengan demikian, dengan kata lain, dsb.;
4) menggunakan pokok kalimat yang tetap dalam seluruh paragraf dengan kata yang sama, dengan sinonim, atau dengan kata ganti;
5) menggunakan bangun perkalimatan yang seiring.
5. Jenis paragraf
1) Paragraf lantas (langsung)
Paragraf dimulai dengan pernyataan tentang pokok bahasan (kalimat topik), sehingga paragraf menyampaikan informasi secara lugas kepada pembaca. Kalimat-kalimat berikutnya merupakan rincian untuk memperjelas paparan atau memperkuat argumentasi terhadap pokok bahasan (deduktif).
2) Paragraf rampat
Pokok bahasan pada paragraf rampat terdapat pada bagian akhir setelah didahului dengan serangkaian rincian. Paragraf rampat mengajak pembaca secara induktif menarik kesimpulan berdasarkan fakta atau pendapat yang diketengahkan sebelumnya.
3) Paragraf rincian
Jenis paragraf ini tidak mempunyai pernyataan pokok bahasan, tetapi seluruhnya terdiri atas pernyataan rincian. Biasanya paragraf jenis ini tidak berdiri sendiri, melainkan sebagai lanjutan dari paragraf sebelumnya yang memiliki pokok bahasan.
4) Paragraf tanya
Paragraf tanya dibuka dengan pertanyaan, yang menunjuk kepada pokok bahasan yang akan dipaparkan, atau sebagai peralihan dari gagasan yang satu kepada yang berikutnya. Pertanyaan diajukan untuk membangkitkan keingintahuan pembaca. Selanjutnya pertanyaan itu dijawab sendiri oleh penulis melalui rincian-rincian berikutnya.
6. Tugas Paragraf
Sebuah karangan diawali dengan paragraf pembuka, kemudian dilanjutkan dengan rangkaian paragraf pengembang yang diselingi satu sama lain dengan paragraf perangkai, dan akhirnya ditutup dengan paragraf pemungkas (penutup).
Paragraf pembuka dapat diibaratkan dengan pintu gerbang, yang harus dibangun dengan baik sehingga orang tertarik. Penulis harus berusaha untuk menulis paragraf pembuka sebaik-baiknya. Dengan paragraf itu, ia memberikan gambaran singkat tentang perkara yang dibahas dalam tulisannya, atau mencoba membangkitkan perhatian pembaca agar tertarik untuk membaca seluruh karyanya.
Paragraf perangkai tugasnya meluweskan peralihan dari pembahasan hal yang satu kepada yang lain. Paragraf perangkai biasanya muncul pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari uraiannya, dan hendak beralih pada uraian yang lain.
Paragraf pemungkas menutup sebuah karangan, dan dengan sendirinya harus benar-benar menutup dengan wajar. Janganlah dirasakan oleh pembaca seolah-olah karangan itu putus di tengah jalan, atau karangan itu belum selesai. Biasanya paragraf pemungkas menyajikan kesimpulan, saran, atau harapan penulis. Pada sejumlah karangan yang baik tampak adanya hubungan antara paragaraf pembuka dan pemungkas.
7. Perpautan antarparagraf
Paragraf mengemukakan satu penggalan pikiran yang bulat, dan sebagai penggalan pikiran paragraf yang satu terpisah dari paragraf yang lain. Sementara itu, sebagai penggalan pikiran pula paragraf merupakan mata rantai dari rangkaian paragraf yang menyajikan gagasan-gagasan pengarang secara beruntun dengan tertib dan logis. Dalam pada itu pengarang menggunakan unsur perangkai yang memperpautkan paragraf yang satu kepada yang berikutnya. Perangkai tersebut dapat berupa kata yang diulang, kata rangkai, sebuah kalimat, atau bahkan sebuah paragraf.
1) Pengulangan kata sebagai perangkai
Mengulang kata atau pokok karangan dari paragraf yang satu pada paragraf berikutnya merupakan cara yang baik untuk memperpautkan berbagai paragraf dalam sebuah karangan. Ketika pembaca beralih membaca dari paragraf yang satu kepada paragaraf berikutnya, ia diingatkan oleh kata yang diulang itu kepada perkara yang dibacanya pada paragraf terdahulu. Dengan demikian gagasan pada paragraf yang sedang dibacanya tidak terlepas dari gagasan yang mendahuluinya.
2) Kata rangkai
Cara lain untuk memperpautkan sebuah paragraf pada paragraf yang mendahuluinya ialah dengan menggunakan kata atau gugus kata rangkai pada awal kalimat pertamanya. Kata atau gugus kata rangkai yang sering dipakai untuk memperpautkan paragraf, misalnya, anehnya, sementara itu, sebaliknya, namun, sebagaimana dikatakan di muka, sehubungan dengan hal itu.
3) Kalimat sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah kalimat berdiri sendiri sebagai paragraf. Isinya dapat merupakan kesimpulan uraian sebelumya.
4) Paragraf sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah peragraf utuh atau pendek. Paragraf seperti itu biasanya muncul pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari bahasannya, dan hendak berpindah pada bahasan yang lain. Cara menggunakannya dapat bermacam-macam. Paragraf dapat berupa ringkasan perkara yang dibahas sebelumnya, satu atau beberapa contoh mengenai masalah yang telah dibahas, atau dapat pula memperkenalkan bahasan selanjutnya.
CONTOH PARAGRAF
ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA
Analisis sumber dan penggunaan dana atau "Analisis Aliran Dana", merupakan alat analisa financial untuk mengetahui darimana didapatkan dan untuk apa dana itu dibelanjakan. Laporan yang menunjukan darimana dana didapatkan untuk apa dana tersebut disebut dengan "Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana".
Penggunaaan Dana Yang Digunakan dalam analisis sumber dan p[engggunaan danadalam artian sempit dapat diartikan sebagai KAS. Sedangkan dalam artian luas dapt kita sebut dengan MODAL KERJA.
Untuk menyusun "Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana", langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat "Laporan Perubahan Neraca" yang disususn dari neraca dua tahun berturut-turut. Laporan ini menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen dari awal tahun dan akhir tahun....
Dalam membuat sebuah tulisan, kita sering menuliskanya dalam beberapa paragraf. Disinilah kita dituntut untuk selalu memperlihatkan Kesatuan, Ketepatan dan Kelengkapan antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain. Karena satu paragraf dengan paragraf yang lain dalam tulisan yang kita buat merupakan satu keterkaitan, satu kesatuan yang saling berkaitan sehingga haruslah kita buat singkron agar pembaca dapat memahami dengan baik dan tulisan tersebut tetap pada jalur tema penulisan yang seharusnya.
1. Pengertian
Paragraf (alenia) adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan pokok dapat dikomunikasikan kepada pembaca secara efektif. Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan. Isinya membentuk satuan pikiran sebagai bagian dari pesan yang disampaikan penulis dalam karangannya. Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Meskipun singkat, oleh karena ada isi pikiran yang hendak disampaikan, paragraf membutuhkan organisasi dan susunan yang khas. Di samping itu, karena paragraf merupakan bagian dari suatu pasal, maka antara paragraf satu dengan yang lain harus saling berhubungan secara harmonis, sehingga sesuai dengan rangka keseluruhan karangan. Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtunan yang logis.
2. Panjang Paragraf
Dalam suatu paragraf, pernyataan pokok (kalimat topik) diikuti oleh sejumlah pernyataan pendukungnya. Pernyataan pendukung tersebut harus cukup rinci sehingga gagasan utama yang akan dikomunikasikan menjadi jelas bagai pembaca. Rincian yang terlalu sedikit akan menyulitkan pembaca memahami isi paragraf. Sebaliknya, rincian yang berlebih-lebihan tidak akan membuat paragraf lebih jelas, bahkan rincian yang bertele-tele akan menjemukan pembaca. Oleh karena itu pilihlah rincian yang cocok dengan pokok bahasan, dan jumlahnya memadai sehingga terbentuk paragraf yang hemat.
Panjang pendeknya paragraf tergantung sepenuhnya pada kedalaman isi pikiran atau gagasan pokok yang akan dikomunikasikan, dan “daya baca” pembaca yang menjadi sasaran tulisan. Sebuah paragraf harus mampu menjelaskan gagasan pokok secara tuntas. Apabila satu kalimat dipandang belum dapat menjelaskannya, maka perlu ditambah dengan kalimat kedua, ketiga dan seterusnya, sampai menjadi jelas. Paragraf yang terlalu pendek (terdiri atas satu atau dua kalimat) seringkali tidak cukup mampu menjelaskan gagasan pokok senyatanya. Sedangkan, paragraf yang terlampau panjang dan berbelit-belit justru akan mengaburkan gagasan pokok yang seharusnya ditonjolkan. Paragraf surat kabar umumnya pendek-pendek (20-40 kata) karena harus dapat dibaca cepat oleh berbagai lapisan masyarakat. Majalah populer umumnya menggunakan paragraf yang panjangnya 100-150 kata. Pada umumnya buku ajar perguruan tinggi memiliki panjang paragraf antara 75 dan 200 kata.
3. Pola susunan paragraf
Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang tersusun dengan pola runtunan tertentu, antara lain:
1) Pola runtunan waktu
Pola susunan ini biasanya dipakai untuk memerikan (mendeskripsikan) suatu peristiwa atau prosedur membuat atau melakukan sesuatu selangkah demi selangkah. Misalnya cara melakukan percobaan, menyelesaikan masalah, dan menggunakan suatu alat. Pola susunan ini ditandai dengan “rambu” yang menyatakan runtunan waktu, seperti pertama, mula-mula, lalu, kemudian, setelah itu, sambil, seraya, selanjutnya, dsb.
2) Pola runtunan ruang
Apabila penulis menggunakan pola runtunan ruang secara umum, ia akan menggunakan kata seperti di sebelah kiri, sedikit di atas, agak menjorok ke dalam, dsb. Apabila penulis menggunakan pola ini secara pasti, maka ia dapat menyebutkan ukurannya, misalnya sepuluh sentimeter di atasnya, menjorok ke dalam 1 m, membentuk sudut 45 derajat, dsb.
3) Pola susunan sebab-akibat
Pola susunan paragraf ini digunakan antara lain untuk (1) mengemukakan alasan secara logis, (2) mendeskripsikan suatu proses, (3) menerangkan sebab bagi suatu peristiwa atau fenomena, (4) memprakirakan peristiwa yang akan terjadi. Beberapa rambu dalam pola susunan ini adalah jadi, karena itu, dengan demikian, karena, mengakibatkan, akibatnya, menghasilkan, sehingga, dll.
4) Pola susunan pembandingan
Pola ini digunakan untuk membandingkan dua perkara atau lebih, yang di satu pihak mempunyai kesamaan, sedangkan di pihak lain kebedaan. Pembadingan ditandai dengan rambu seperti tetapi, apalagi, berbeda dengan, demikian pula, sedangkan, sementara itu.
5) Pola susunan daftar
Suatu paragraf dapat pula memuat rincian yang diungkapkan dalam bentuk daftar. Susunan daftar dapat berformat (berderet ke bawah) atau tidak (membaur di dalam paragraf itu sendiri, sehingga tak terlihat jelas sebagai daftar. Baik berformat maupun tidak, kalimat-kalimat rincian perlu seiring dan berhubungan secara mulus dengan kalimat induknya.
6) Pola susunan contoh
Banyak gagasan yang memerlukan contoh, sehingga kalimat-kalimat rinciannya mengemukakan contoh-contoh, yang adakalanya diawali dengan kata misalnya atau contohnya, tetapi adakalanya tidak.
7) Pola susunan bergambar
Terdapat pernyataan yang dilengkapi dengan gambar (bagan, tabel, grafik, diagram, dsb.) untuk memperjelas maksud pernyataan tertulisnya. Dalam kaitan itu perlu dicantumkan penunjukan kepada gambar bersangkutan supaya pembaca mengetahui gambar yang harus dilihatnya, misalnya “lihat gambar 2”, atau “(gambar 2)”.
4. Perpautan antarkalimat
Paragraf yang baik memiliki kesetalian atau keterpautan, yang mengikat pernyataan di dalamnya menurut runtunan yang logis. Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk memperpautkan kalimat agar diperoleh paragraf yang setali, antara lain sebagai berikut:
1) mengulang kata dari kalimat yang satu pada kalimat berikutnya, misalnya obyek pada kalimat pertama menjadi subyek pada kalimat kedua;
2) menggabung dua kalimat atau lebih menjadi sebuah kalimat majemuk;
3) menggunakan perangkai (jadi, contohnya, seperti, sebagai gambaran, selain itu, kedua, lagi pula, selanjutnya, juga, akhirnya, di satu pihak, dipihak lain, sebaliknya, sekalipun begitu, tetapi, oleh karena itu, kesimpulannya, dengan demikian, dengan kata lain, dsb.;
4) menggunakan pokok kalimat yang tetap dalam seluruh paragraf dengan kata yang sama, dengan sinonim, atau dengan kata ganti;
5) menggunakan bangun perkalimatan yang seiring.
5. Jenis paragraf
1) Paragraf lantas (langsung)
Paragraf dimulai dengan pernyataan tentang pokok bahasan (kalimat topik), sehingga paragraf menyampaikan informasi secara lugas kepada pembaca. Kalimat-kalimat berikutnya merupakan rincian untuk memperjelas paparan atau memperkuat argumentasi terhadap pokok bahasan (deduktif).
2) Paragraf rampat
Pokok bahasan pada paragraf rampat terdapat pada bagian akhir setelah didahului dengan serangkaian rincian. Paragraf rampat mengajak pembaca secara induktif menarik kesimpulan berdasarkan fakta atau pendapat yang diketengahkan sebelumnya.
3) Paragraf rincian
Jenis paragraf ini tidak mempunyai pernyataan pokok bahasan, tetapi seluruhnya terdiri atas pernyataan rincian. Biasanya paragraf jenis ini tidak berdiri sendiri, melainkan sebagai lanjutan dari paragraf sebelumnya yang memiliki pokok bahasan.
4) Paragraf tanya
Paragraf tanya dibuka dengan pertanyaan, yang menunjuk kepada pokok bahasan yang akan dipaparkan, atau sebagai peralihan dari gagasan yang satu kepada yang berikutnya. Pertanyaan diajukan untuk membangkitkan keingintahuan pembaca. Selanjutnya pertanyaan itu dijawab sendiri oleh penulis melalui rincian-rincian berikutnya.
6. Tugas Paragraf
Sebuah karangan diawali dengan paragraf pembuka, kemudian dilanjutkan dengan rangkaian paragraf pengembang yang diselingi satu sama lain dengan paragraf perangkai, dan akhirnya ditutup dengan paragraf pemungkas (penutup).
Paragraf pembuka dapat diibaratkan dengan pintu gerbang, yang harus dibangun dengan baik sehingga orang tertarik. Penulis harus berusaha untuk menulis paragraf pembuka sebaik-baiknya. Dengan paragraf itu, ia memberikan gambaran singkat tentang perkara yang dibahas dalam tulisannya, atau mencoba membangkitkan perhatian pembaca agar tertarik untuk membaca seluruh karyanya.
Paragraf perangkai tugasnya meluweskan peralihan dari pembahasan hal yang satu kepada yang lain. Paragraf perangkai biasanya muncul pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari uraiannya, dan hendak beralih pada uraian yang lain.
Paragraf pemungkas menutup sebuah karangan, dan dengan sendirinya harus benar-benar menutup dengan wajar. Janganlah dirasakan oleh pembaca seolah-olah karangan itu putus di tengah jalan, atau karangan itu belum selesai. Biasanya paragraf pemungkas menyajikan kesimpulan, saran, atau harapan penulis. Pada sejumlah karangan yang baik tampak adanya hubungan antara paragaraf pembuka dan pemungkas.
7. Perpautan antarparagraf
Paragraf mengemukakan satu penggalan pikiran yang bulat, dan sebagai penggalan pikiran paragraf yang satu terpisah dari paragraf yang lain. Sementara itu, sebagai penggalan pikiran pula paragraf merupakan mata rantai dari rangkaian paragraf yang menyajikan gagasan-gagasan pengarang secara beruntun dengan tertib dan logis. Dalam pada itu pengarang menggunakan unsur perangkai yang memperpautkan paragraf yang satu kepada yang berikutnya. Perangkai tersebut dapat berupa kata yang diulang, kata rangkai, sebuah kalimat, atau bahkan sebuah paragraf.
1) Pengulangan kata sebagai perangkai
Mengulang kata atau pokok karangan dari paragraf yang satu pada paragraf berikutnya merupakan cara yang baik untuk memperpautkan berbagai paragraf dalam sebuah karangan. Ketika pembaca beralih membaca dari paragraf yang satu kepada paragaraf berikutnya, ia diingatkan oleh kata yang diulang itu kepada perkara yang dibacanya pada paragraf terdahulu. Dengan demikian gagasan pada paragraf yang sedang dibacanya tidak terlepas dari gagasan yang mendahuluinya.
2) Kata rangkai
Cara lain untuk memperpautkan sebuah paragraf pada paragraf yang mendahuluinya ialah dengan menggunakan kata atau gugus kata rangkai pada awal kalimat pertamanya. Kata atau gugus kata rangkai yang sering dipakai untuk memperpautkan paragraf, misalnya, anehnya, sementara itu, sebaliknya, namun, sebagaimana dikatakan di muka, sehubungan dengan hal itu.
3) Kalimat sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah kalimat berdiri sendiri sebagai paragraf. Isinya dapat merupakan kesimpulan uraian sebelumya.
4) Paragraf sebagai perangkai
Perangkai dapat pula berupa sebuah peragraf utuh atau pendek. Paragraf seperti itu biasanya muncul pada saat pengarang mengakhiri satu bagian dari bahasannya, dan hendak berpindah pada bahasan yang lain. Cara menggunakannya dapat bermacam-macam. Paragraf dapat berupa ringkasan perkara yang dibahas sebelumnya, satu atau beberapa contoh mengenai masalah yang telah dibahas, atau dapat pula memperkenalkan bahasan selanjutnya.
CONTOH PARAGRAF
ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA
Analisis sumber dan penggunaan dana atau "Analisis Aliran Dana", merupakan alat analisa financial untuk mengetahui darimana didapatkan dan untuk apa dana itu dibelanjakan. Laporan yang menunjukan darimana dana didapatkan untuk apa dana tersebut disebut dengan "Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana".
Penggunaaan Dana Yang Digunakan dalam analisis sumber dan p[engggunaan danadalam artian sempit dapat diartikan sebagai KAS. Sedangkan dalam artian luas dapt kita sebut dengan MODAL KERJA.
Untuk menyusun "Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana", langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat "Laporan Perubahan Neraca" yang disususn dari neraca dua tahun berturut-turut. Laporan ini menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen dari awal tahun dan akhir tahun....
KESESUAIAN DAN KETEPATAN DALAM BERBAHASA
Kesesuian dan ketepatan dalam berbahasa amat sangat penting agar orang lain yang mendengar maupun membaca perkataan/tulisan kita dapat betul-betul memahami apa yang kita meksudkan. Adapun ketepatan dan kesesuain kata dalam membentuk kalimat maupun kumpulan kalimat, biasa kita sebut sebagai DIKSI.
Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni pertama, masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut. Menurut peneliti “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketetapan makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya.
DIKSI DALAM BERBAHASA
Dalam berkomunikasi , setiap orang menggunakan kata (bahasa). Para linguis sampai sekarang masih memperbincangkannya karena belum ada batasan yang mutlak tentang itu. Istilah kata bisa digunakan oleh para tatabahasawan tradisional. Menurut mereka, kata adalah satuan bahasan yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tatabahasawan struktural, penganut aliran Bloomfield menyebutnya morfem.
Seandainya kita dapat memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau pembicaraan kita akan mudah menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan oleh penulis atau pembicara. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan, bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik berupa reaksi verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan tindakan atau perilaku yang sesuai dengan yang kita ucapkan.
Kata dengan gagasan mempunyai hubungan ketergantungan. Orang yang mempunyai banyak gagasan pasti mempunyai banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak ide atau gagasan yang bisa diungkapkannya. Orang yang banyak menguasasi kosakata akan merasa mudah dan lancar berkomunikasi dengan orang, lain. Sering kita tidak memahami pembicaraan orang lain, karena kita tidak atau kurang menguasai kata-kata atau gagasan seperti yang dikuasai oleh pembicara.
Pilihan akat atau diksi bukan hanya memilih kata-kata yang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata atau frase di dalam konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran), ungkapan, dan gaya bahasa. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan pun merupakan kegiatan memilih kata menyangkut gaya-gaya ungkapan secara individu.
Yang paling penting dari rangkaian kata-kata itu adalah pengertian yang tersirat di balik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat dalam berkomunikasi harus saling memahami atau saling mengerti, baik pembicara maupun pendengar, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap katamengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menurut peneliti ”Kata-kata ibarat”pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki “jiwa”. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa”, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dapat digunakannya:.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.
MANFAAT DIKSI
Setelah mebahas pokok bahasan ini, mahasiswa dapat memahami dan menggunakan berbagai jenis kata (diksi) kedalam berbagai kalimat dengan benar dan mengerjakannya dengan konteks kebahasaan lainnya (paragraf dan wacana) dalam karangan.
Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri dan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
Kita dapat waspada dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing. Sehingga bahasa kita dapat tetap tegak berdiri sendirinya.
Dapat membedakan kata khusus dan kata umum dan dapat memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah terkenal serta dapat memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
UNSUR-UNSUR DIKSI
Makna Denotatif dan Konotatif
Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh pancaindra, baik didengan maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi. Kalau seseorng berkata, “pergi!” kepada kita, maka akan timbul reaksi dalam pikiran kita diam sekarang”. Dengan demikian, kata pergi merupakan bentuk atau ekspresi dan isinya atau maknanya merupakan reaksi seseorang atas perintah tadi.
Wujud reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa pengertian, serta berupa pengertian dan tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang didengarnya, dengan kata lain respons akan muncul berdasarkan stimulusnya. Dalam berkomunikasi tidak hanya berhadapan dengan kata, tetapi juga berhadapan dengan serangkaian kata yang mengusung amanat. Dengan demikian, ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu yaitu : pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Keempat unsur ini merupakan usaha untuk memahami makna. Untuk lebih kelasnya mari kita bahan satu persatu.
a. Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku;
b. Perasaan merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraanya, hal ini berhubungan dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara;
c. Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar pembacaanya; dan
d.Tujuan yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis.
Makna kata merupakan hubungan antara bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang di acunya. Kata kuda merupakan bentuk atau ekspresi “sesuatu yang diacu oleh kata kuda” yakni “seeekor binatang yang tinggi-besar, larinya kencang dan biasa ditunggangi”.kedua istilah yang disbut referen. Hubungan antara bentuk dan referen akan menimbulkan makna atau referensi.
Makna kata pada umumnya terbagi atas dua macam yakni makna denotatif dan makna konotatif. Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat tugas atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makn denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (Keraf, 2002:208). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena maknamitu mengacu pada referen, konsep atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadarn, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Karena adanya bermacam-macam makna, maka penulis harus hati-hati dalam memilih kata yang digunakan. Sebenarnya memilih kata-kata bermakna denotatif lebih mudah daripada memilih kata-kata bermakna konotatif. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan denotasi, mungkin karena adanya kekeliruan disebabkan oleh kata-kata yang mirip karena masalah ejaan. Kata-kata yng mirip itu seperti : gajig-gaji, darah-dara, interferensi-interfensi, dan bawah-bawa. Untuk lebih jelasnya, makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain.
Karangan nonilmian sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif gar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan keakuratan informasi dan kelogisan makna. Dalam menyampaikan pesan ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Penyampaian pesan secara langsung hampir sama dengan penyampaian pesan (informasi) dalam karangan tidak langsung harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotatif. Kita tidak akan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.
Berikut kata-kata denotasi dan konotasi:
- Dia cantik seperti ibunya (denotatif)
- Dia cantik bagaikan bunga (konotatif)
- Beliau telah wafat tiga tahun yang lalu (denotatif)
- Beliau tekah mangkat tiga tahun yang lalu (konotatif)
- Kolam itu luasnya seratus meter persegi (denotatif)
- Kolam itu luas sekali (konotstif)
- Sebanyak seratus ribu orang yang menonton pertandingan sepakbola (denotatif)
- Membeludak penonton yang ingin menyaksikan pertandingan sepak bola (konottif)
B. Kata Umum dan Kata khusus
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas dari pada kata mijair atau tawes. Ikan tidak saja mijair atau tawes, tetapi ikan terdiri atas beberapa macam, seperti gurami, lele, sepat, tuna, ikan koki, ikan mas, dan lainnya. Dalam hal ini, kata yang acuanya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan. Sedangkan kata yang acuanya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurami, lele, tawes, dan ikan mas.
Kata umum adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya bersifat umum dan mencakup bidang yang luas, sedangkan kata yang khusus adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu.
Contoh : Kata Umum Kata Khusus
Miskin gelandangan, yatim piatu
Melihat Menatap, menoleh, mengamati
Besar raya, akbar, agung
Contoh :
a. Saya ingin menjadi sarjana pendidikan, oleh karena itu sekarang kuliah di FKIP Uninus. ( umum )
Saya ingin menjadi seorang hakim oleh karena itu sekarang kuliah Fakultas Hukum. ( khusus )
b. Orang tua kami anggota Korpri. (umum)
Ibu saya seorang guru SD (khusus)
C. Kata Konkret dan Abstrak
Kata yang acuanya lebih mudah dicerna panca indra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat dan lainnya. Jika acuan sebuah kata tidak mudah dicerna pancaindra, kata tersebut disebut kata abstraak, seperti ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan kehendak, dan lainnya. Kata abstrak digunakan untuk menggunakan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
D. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakain kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seorang dan mengongkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi akan terwujud. Dalam hal ini pemakaian bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakan, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata ini bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kata-kata lain yang bersinonim adalah.
Agung, besar, raya
Mati, mangkat, wafat, meninggal
Cahaya, sinar
E. pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsure serapan.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya
Tata Daya Serba
tata buku daya tahan serba putih
tata bahasa daya pukul serba plastic
tata rias daya tarik serba kuat
hari tutup lepas
hari sial tutup tahun lepas tangan
hari jadi tutup buku lepas pantai
dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata kata melalui punggutan kata, misalnya
bank wisata
kridit santai
valuta nyeri
kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Kontan bahasa memang tidak dapat dielakkan karena kita berhubungan dengan bahasa lain. Oleh karena itu, pengaruh-mengaruhi dalam hal kosakata pasti ada. Dalam hal ini perlu ditata kembali kaidah penyerapan kata-kata itu. Oleh sebab itu, pedoman umum pembentukan istilah yang kini telah beredar diseluruh nusantara sangat membantu upaya itu.
Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap mana dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan konunikasi yang lancer dalam segala macam segi kehidupan.
Kata-kata pungut itu ada yangt dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan.
Bentuk-bentuk serapan itu ada empat macam
1) kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu adalah
bank, opname, dan golf.
2) kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa indonesia. Yang termasuk kata-kata itu ialah
subject subjek
apotheek apotek
university universitas
3) kita menerjemahkan dan memadankan istilah-istilah asing kedalam bahasa indonesia. Yang termasuk kedalam bentuk ini ialah
starting point titik tolak
meet the press jumpa pres
up to date mutakhir
4) kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Yang tarmasuk golongan ini ialah
de facto, status quo, cum laude, dan ad hoc.
Dalam mengunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu memerhatikan beberapa ukuran.
a)kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat dihindari.
Misalnya:
Nongkrong Raun
Kata-kata itu dapat dipakai kalau sudah menjadi milik umum.
Contoh:
Ganyang Anjangsana
Lugas kelola
b) kata-kata yang mengandung nilai rasa kehendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh:
Tunanetra buta
Tunarungu tuli
c) kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah yang dipakai oleh masyarakat.
Contoh:
Konon puspa
Bayu lepau
Dibawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan kata. Sebuah kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat tempatnya, seksama dalam pengungkapan, lazim, dan sesuai dengan kaidah ejaan.
Beberapa contoh pemakaian kata dibawah ini dapat dilihat.
a) kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata itu ditidak selalu dapat dipertukarkan.
Contoh : masjid raya, rumah besar, hakim agung.
b) kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya.
Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh diikiti oleh kata benda.
Contoh yang benar:
a) tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
b) Berbagai gedung bertingkat dijakarta memiliki gaya arsitektur masing-masing.
c) Masing-masing mengemukakan keberatannya.
d) pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain, misalnya.
Misalnya:
Bentuk yang salah
Dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang, seperti meja, buku, bangku, dan lain-lain.
Bentuk yang benar
a) dalam ruang itu kita dapat menemukan meja, buku, bangku, dan lain-lain.
b) dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku, dan bangku.
d) pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 sampai dengan 12.00. ( salah )
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 sampai dengan pukul 12.00. ( benar )
e) kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikiti oleh kata benda.
Contoh:
a) ia mencari sesuatu.
b) Pada suatu waktu ia dating dengan wajah berseri-seri.
f) kata dari dan daripada tidak sama pemakaiaannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal suatu, baik bahan maupun arah.
Contoh:
a) ia mendapat tugas dari atasannya.
b) Cincin itu terbuat dari emas.
Kata daripada berfungsi membandingkan.
Contoh:
a) duduk lebih baik daripada berdiri.
b) Indonesia lebih luas daripada Malaysia.
g) kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana tersebut harus diubah menjadi yang, bahwa, tempat dan sebagainya.
F. Perubahan Makna Kata
Bahasa bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan, bergantung pada maknanya, yakni hubungan antara lambang bunyi (bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman (waktu), melain juga disebabkan oleh tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mula-mula dikenal oleh masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanya pada suatu wilayah yang lain masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal yang bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan sementara belangsung (masalh waktu)”. Para mahasiswa yang membuat katya ilmiah, yang tulisannya bisa dibaca dalam taraf nasional harus menggunakan kata yang bersifat nasional, terkenal dan masih dipakai masyarakat.
Sebelum Perang dua Ke II kita mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 240) mengandung arti: “1. berkat kebahagiaan (yang adal pada raja); bahgia; 2. kekuasaan; pemerintah. Kata ini digunakan dalam kalimat ,”Penyerahan kedaulatan Republik Indonesia; Negara Republik Indonesia yang merdeka berdaulat. Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hk dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya: tanah-tanah Belanda banyak yang didaulatoleh rakyat; gubernur itu didaulat tidak dipakai lagi, sehingga kata itu hampir mati meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi sudah jarang pemakainya.
G. Kata-kata yang Tepat
a. Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :bawa-bawah, koorperasi-korporasi, interfensi-interferensi, dan
b. Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.
c. Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain
d. Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut sesuatu.
e. Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
f. Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
g. Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
H. Diksi dalam Kalimat
Diksi dalam kalimat adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata itu secara leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan. Kata-kata tersrbut bersinonim (mempunyai arti yang sama), tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama.
Contoh dalam kalimat; “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian untuk membuat karya ilmiah sebagai tugas akhir dalam studinya”;”Penyelidikan kasus penggelapan uang negara sudah dimulai”; Berdasarkan pengamatan saya situasi belajar di kelas A cukup kondusif; Berdasarkan hasil penyidikan polisi, ditemukan fakta-fakta yang memperkuat dia menjadi tersangka. Keempat kata dalam kalimat-kalimat itu tidak bisa dtukar. Seandainya ditukar, tidak akan sesuai sehungga akan membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi kesopanan, kata mati, meninggal, gugur, mangkat, wafat, dan pulang ke rahmatullah,dipilih berdasarkan jenis mahluk, tingkat sosial, dan waktu. Contoh : Kucing saya mati setelah makan ikan busuk; Ayahnya meninggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau wafat 1425H. Frase biasa dipakai dalam bewara kematian di surat kabar, seperti”…telah pulang ke rahmatullah kakek Jauhari….”. dari segi makna, kta islam dan muslim sering salah penggunaanya dalam kalimat. Kita pernah mendengar orang berkata, “Seelah menjadi Islam dia rajin bersedekah”. Seharusnya, “Setelah masuk Islam dia rajin bersedekah”.
Kalau mau menggunakan kata menjadi maka selanjutnya harus menggunakan kata muslim. Contoh, “Setelah menjadi muslim dia rajin bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga, sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam. Kata menjadi dapat dipasangkan dengan orangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya.
I. Pengertian Diksi
a. Mencakup pengertian kata-kata yang fipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, cara menggabungkan kata-kata. Yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi tertentu.
b. Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yangdimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca.
c. Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak.
J. Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatic adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Ungkapan yang bersifat idiomatic terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi didalam tulisan.
Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatic adalah sebagai berikut.
Menteri Dalam Negri bertemu Presiden SBY. ( salah )
Menteri Dalam Negri bertemu dengan Presiden SBY. ( benar )
Disamping itu, ada beberapa kata yang berbentuk seperti itu, yaitu
Sehubungan dengan
Berhubungan dengan
Sesuai dengan
Bertepatan dengan
Sejalan dengan
Ungkapan idiomatik lain yang perlu diperhatikan ialah
Salah benar
Terdiri terdiri atas / dari
Terjadi atas terjadi dari
Disebabkan karena disebabkan oleh
Tergantung kepada bergantung pada
Baik . . . ataupun baik . . . walaupun
Kesesuian dan ketepatan dalam berbahasa amat sangat penting agar orang lain yang mendengar maupun membaca perkataan/tulisan kita dapat betul-betul memahami apa yang kita meksudkan. Adapun ketepatan dan kesesuain kata dalam membentuk kalimat maupun kumpulan kalimat, biasa kita sebut sebagai DIKSI.
Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda. Hal ini mengisyaratkan bahwa makna kata yang sebenarnya akan diketahui saat digunakan dalam kalimat. Lebih dari itu, bisa saja menimbulkan dampak atau reaksi yang berbeda jika digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni pertama, masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut. Menurut peneliti “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketetapan makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya.
DIKSI DALAM BERBAHASA
Dalam berkomunikasi , setiap orang menggunakan kata (bahasa). Para linguis sampai sekarang masih memperbincangkannya karena belum ada batasan yang mutlak tentang itu. Istilah kata bisa digunakan oleh para tatabahasawan tradisional. Menurut mereka, kata adalah satuan bahasan yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tatabahasawan struktural, penganut aliran Bloomfield menyebutnya morfem.
Seandainya kita dapat memilih kata dengan tepat, maka tulisan atau pembicaraan kita akan mudah menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dirasakan atau dipikirkan oleh penulis atau pembicara. Mengetahui tepat tidaknya kata-kata yang kita gunakan, bisa dilihat dari reaksi orang yang menerima pesan kita, baik yang disampaikan secara lisan maupun tulisan. Reaksinya bermacam-macam, baik berupa reaksi verbal, maupun reaksi nonverbal seperti mengeluarkan tindakan atau perilaku yang sesuai dengan yang kita ucapkan.
Kata dengan gagasan mempunyai hubungan ketergantungan. Orang yang mempunyai banyak gagasan pasti mempunyai banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak ide atau gagasan yang bisa diungkapkannya. Orang yang banyak menguasasi kosakata akan merasa mudah dan lancar berkomunikasi dengan orang, lain. Sering kita tidak memahami pembicaraan orang lain, karena kita tidak atau kurang menguasai kata-kata atau gagasan seperti yang dikuasai oleh pembicara.
Pilihan akat atau diksi bukan hanya memilih kata-kata yang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata atau frase di dalam konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran), ungkapan, dan gaya bahasa. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan pun merupakan kegiatan memilih kata menyangkut gaya-gaya ungkapan secara individu.
Yang paling penting dari rangkaian kata-kata itu adalah pengertian yang tersirat di balik kata-kata yang digunakan. Setiap orang yang terlibat dalam berkomunikasi harus saling memahami atau saling mengerti, baik pembicara maupun pendengar, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap katamengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Dengan kata lain, kata adalah media yang digunakan untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain. Menurut peneliti ”Kata-kata ibarat”pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki “jiwa”. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa”, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dapat digunakannya:.
Berdasarkan hal itu dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.
MANFAAT DIKSI
Setelah mebahas pokok bahasan ini, mahasiswa dapat memahami dan menggunakan berbagai jenis kata (diksi) kedalam berbagai kalimat dengan benar dan mengerjakannya dengan konteks kebahasaan lainnya (paragraf dan wacana) dalam karangan.
Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri dan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
Kita dapat waspada dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing. Sehingga bahasa kita dapat tetap tegak berdiri sendirinya.
Dapat membedakan kata khusus dan kata umum dan dapat memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah terkenal serta dapat memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
UNSUR-UNSUR DIKSI
Makna Denotatif dan Konotatif
Kata yang merupakan satuan bebas terkecil mempunyai dua aspek, yakni aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi atau makna. Bentuk bahasa adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh pancaindra, baik didengan maupun dilihat. Isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi atau respon dalam pikiran pendengar atau pembaca karena rangsangan atau stimulus aspek bentuk tadi. Kalau seseorng berkata, “pergi!” kepada kita, maka akan timbul reaksi dalam pikiran kita diam sekarang”. Dengan demikian, kata pergi merupakan bentuk atau ekspresi dan isinya atau maknanya merupakan reaksi seseorang atas perintah tadi.
Wujud reaksi itu bermacam-macam yakni berupa tindakan atau perilaku, berupa pengertian, serta berupa pengertian dan tindakan. Hal ini bergantung pada apa yang didengarnya, dengan kata lain respons akan muncul berdasarkan stimulusnya. Dalam berkomunikasi tidak hanya berhadapan dengan kata, tetapi juga berhadapan dengan serangkaian kata yang mengusung amanat. Dengan demikian, ada beberapa unsur yang terkandung dalam ujaran itu yaitu : pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Keempat unsur ini merupakan usaha untuk memahami makna. Untuk lebih kelasnya mari kita bahan satu persatu.
a. Pengertian merupakan landasan dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada pendengar atau pembaca dengan mengharapkan suatu perilaku;
b. Perasaan merupakan ekspresi pembicara terhadap pembicaraanya, hal ini berhubungan dengan nilai rasa terhadap hal yang dikatakan pembicara;
c. Nada mencakup sikap pembicara atau penulis kepada pendengar pembacaanya; dan
d.Tujuan yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh pembicara atau penulis.
Makna kata merupakan hubungan antara bentuk dengan sesuatu yang diwakilinya atau hubungan lambang bunyi dengan sesuatu yang di acunya. Kata kuda merupakan bentuk atau ekspresi “sesuatu yang diacu oleh kata kuda” yakni “seeekor binatang yang tinggi-besar, larinya kencang dan biasa ditunggangi”.kedua istilah yang disbut referen. Hubungan antara bentuk dan referen akan menimbulkan makna atau referensi.
Makna kata pada umumnya terbagi atas dua macam yakni makna denotatif dan makna konotatif. Kata-kata yang bermakna denotatif biasa digunakan dalam bahasa ilmiah yang bersifat tugas atau tidak menimbulkan interpretasi tambahan. Makn denotatif disebut juga dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial, atau makna proposional (Keraf, 2002:208). Disebut makna denotasional, konseptual, referensial dan ideasional, karena maknamitu mengacu pada referen, konsep atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan dengan kesadarn, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.
Karena adanya bermacam-macam makna, maka penulis harus hati-hati dalam memilih kata yang digunakan. Sebenarnya memilih kata-kata bermakna denotatif lebih mudah daripada memilih kata-kata bermakna konotatif. Seandainya ada kesalahan dalam penulisan denotasi, mungkin karena adanya kekeliruan disebabkan oleh kata-kata yang mirip karena masalah ejaan. Kata-kata yng mirip itu seperti : gajig-gaji, darah-dara, interferensi-interfensi, dan bawah-bawa. Untuk lebih jelasnya, makna denotatif dapat dibedakan menjadi dua macam hubungan antara sebuah kata dengan barang individual yang diwakilinya. Kedua, hubungan sebuah kata dengan ciri-ciri atau perwatakan tertentu dari barang yang diwakilinya.
Makna konotatif atau sering juga disebut makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Kata-kata yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraan atau karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan lain-lain.
Karangan nonilmian sangat mementingkan nilai-nilai estetika. Nilai estetika dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif gar penyampaian pesan atau amanat itu terasa indah. Pada karangan ini kurang memperhatikan keakuratan informasi dan kelogisan makna. Dalam menyampaikan pesan ada dua macam cara. Pertama, penyampaian pesan secara langsung. Penyampaian pesan secara langsung hampir sama dengan penyampaian pesan (informasi) dalam karangan tidak langsung harus menggunakan bahasa figuratif dengan kata-kata konotatif. Kita tidak akan bisa langsung memahami pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang kalau tidak mempunyai kemampuan mengapresiasinya.
Berikut kata-kata denotasi dan konotasi:
- Dia cantik seperti ibunya (denotatif)
- Dia cantik bagaikan bunga (konotatif)
- Beliau telah wafat tiga tahun yang lalu (denotatif)
- Beliau tekah mangkat tiga tahun yang lalu (konotatif)
- Kolam itu luasnya seratus meter persegi (denotatif)
- Kolam itu luas sekali (konotstif)
- Sebanyak seratus ribu orang yang menonton pertandingan sepakbola (denotatif)
- Membeludak penonton yang ingin menyaksikan pertandingan sepak bola (konottif)
B. Kata Umum dan Kata khusus
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas dari pada kata mijair atau tawes. Ikan tidak saja mijair atau tawes, tetapi ikan terdiri atas beberapa macam, seperti gurami, lele, sepat, tuna, ikan koki, ikan mas, dan lainnya. Dalam hal ini, kata yang acuanya lebih luas disebut kata umum, seperti ikan. Sedangkan kata yang acuanya lebih khusus disebut kata khusus, seperti gurami, lele, tawes, dan ikan mas.
Kata umum adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya bersifat umum dan mencakup bidang yang luas, sedangkan kata yang khusus adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu.
Contoh : Kata Umum Kata Khusus
Miskin gelandangan, yatim piatu
Melihat Menatap, menoleh, mengamati
Besar raya, akbar, agung
Contoh :
a. Saya ingin menjadi sarjana pendidikan, oleh karena itu sekarang kuliah di FKIP Uninus. ( umum )
Saya ingin menjadi seorang hakim oleh karena itu sekarang kuliah Fakultas Hukum. ( khusus )
b. Orang tua kami anggota Korpri. (umum)
Ibu saya seorang guru SD (khusus)
C. Kata Konkret dan Abstrak
Kata yang acuanya lebih mudah dicerna panca indra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat dan lainnya. Jika acuan sebuah kata tidak mudah dicerna pancaindra, kata tersebut disebut kata abstraak, seperti ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan kehendak, dan lainnya. Kata abstrak digunakan untuk menggunakan gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Akan tetapi, jika kata abstrak terlalu diobral atau dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
D. Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan.
Sinonim ini dipergunakan untuk mengalih-alihkan pemakain kata pada tempat tertentu sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaiannya bentuk-bentuk kata yang bersinonim akan menghidupkan bahasa seorang dan mengongkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi akan terwujud. Dalam hal ini pemakaian bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakan, sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata ini bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kata-kata lain yang bersinonim adalah.
Agung, besar, raya
Mati, mangkat, wafat, meninggal
Cahaya, sinar
E. pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsure serapan.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya
Tata Daya Serba
tata buku daya tahan serba putih
tata bahasa daya pukul serba plastic
tata rias daya tarik serba kuat
hari tutup lepas
hari sial tutup tahun lepas tangan
hari jadi tutup buku lepas pantai
dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata kata melalui punggutan kata, misalnya
bank wisata
kridit santai
valuta nyeri
kita sadar bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing. Kontan bahasa memang tidak dapat dielakkan karena kita berhubungan dengan bahasa lain. Oleh karena itu, pengaruh-mengaruhi dalam hal kosakata pasti ada. Dalam hal ini perlu ditata kembali kaidah penyerapan kata-kata itu. Oleh sebab itu, pedoman umum pembentukan istilah yang kini telah beredar diseluruh nusantara sangat membantu upaya itu.
Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap mana dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki oleh bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing yang bersifat internasional sangat kita perlukan karena kita memerlukan suatu komunikasi dalam dunia dan teknologi modern, kita memerlukan konunikasi yang lancer dalam segala macam segi kehidupan.
Kata-kata pungut itu ada yangt dipungut tanpa diubah, tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia disebut bentuk serapan.
Bentuk-bentuk serapan itu ada empat macam
1) kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Yang termasuk kata-kata itu adalah
bank, opname, dan golf.
2) kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa indonesia. Yang termasuk kata-kata itu ialah
subject subjek
apotheek apotek
university universitas
3) kita menerjemahkan dan memadankan istilah-istilah asing kedalam bahasa indonesia. Yang termasuk kedalam bentuk ini ialah
starting point titik tolak
meet the press jumpa pres
up to date mutakhir
4) kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat keuniversalannya. Yang tarmasuk golongan ini ialah
de facto, status quo, cum laude, dan ad hoc.
Dalam mengunakan kata, terutama dalam situasi resmi, kita perlu memerhatikan beberapa ukuran.
a)kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa setempat dihindari.
Misalnya:
Nongkrong Raun
Kata-kata itu dapat dipakai kalau sudah menjadi milik umum.
Contoh:
Ganyang Anjangsana
Lugas kelola
b) kata-kata yang mengandung nilai rasa kehendaknya dipakai secara cermat dan hati-hati agar sesuai dengan tempat dan suasana pembicaraan.
Contoh:
Tunanetra buta
Tunarungu tuli
c) kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalau sudah yang dipakai oleh masyarakat.
Contoh:
Konon puspa
Bayu lepau
Dibawah ini akan dibicarakan beberapa penerapan pilihan kata. Sebuah kata dikatakan baik kalau tepat arti dan tepat tempatnya, seksama dalam pengungkapan, lazim, dan sesuai dengan kaidah ejaan.
Beberapa contoh pemakaian kata dibawah ini dapat dilihat.
a) kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata itu ditidak selalu dapat dipertukarkan.
Contoh : masjid raya, rumah besar, hakim agung.
b) kata masing-masing dan tiap-tiap tidak sama dalam pemakaiannya.
Kata tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak boleh diikiti oleh kata benda.
Contoh yang benar:
a) tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
b) Berbagai gedung bertingkat dijakarta memiliki gaya arsitektur masing-masing.
c) Masing-masing mengemukakan keberatannya.
d) pemakaian kata dan lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat. Kata dan lain-lain sama kedudukannya dengan seperti, antara lain, misalnya.
Misalnya:
Bentuk yang salah
Dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang, seperti meja, buku, bangku, dan lain-lain.
Bentuk yang benar
a) dalam ruang itu kita dapat menemukan meja, buku, bangku, dan lain-lain.
b) dalam ruang itu kita dapat menemukan barang-barang seperti meja, buku, dan bangku.
d) pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam 8.00 sampai dengan 12.00. ( salah )
Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 sampai dengan pukul 12.00. ( benar )
e) kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikiti oleh kata benda.
Contoh:
a) ia mencari sesuatu.
b) Pada suatu waktu ia dating dengan wajah berseri-seri.
f) kata dari dan daripada tidak sama pemakaiaannya. Kata dari dipakai untuk menunjukkan asal suatu, baik bahan maupun arah.
Contoh:
a) ia mendapat tugas dari atasannya.
b) Cincin itu terbuat dari emas.
Kata daripada berfungsi membandingkan.
Contoh:
a) duduk lebih baik daripada berdiri.
b) Indonesia lebih luas daripada Malaysia.
g) kata di mana tidak dapat dipakai dalam kalimat pernyataan. Kata di mana tersebut harus diubah menjadi yang, bahwa, tempat dan sebagainya.
F. Perubahan Makna Kata
Bahasa bersifat dinamis sehingga dapat menimbulkan kesulitan bagi pemakai yang kurang mengikuti perubahannya. Ketepatan suatu kata untuk mewakili atau melambangkan suatu benda, peristiwa, sifat, dan keterangan, bergantung pada maknanya, yakni hubungan antara lambang bunyi (bentuk/kata) dengan referennya.
Perubahan makna kata bukan hanya ditentukan oleh perubahan jaman (waktu), melain juga disebabkan oleh tempat bahasa itu tumbuh dan berkembang. Makna bahasa mula-mula dikenal oleh masyarakatnya, tetapi pada suatu waktu akan bergeser maknanya pada suatu wilayah yang lain masih mempertahankan makna yang aslinya. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam menggunakan atau memilih kata apalagi dalam hal-hal yang bersifat nasional (masalah tempat), terkenal, dan sementara belangsung (masalh waktu)”. Para mahasiswa yang membuat katya ilmiah, yang tulisannya bisa dibaca dalam taraf nasional harus menggunakan kata yang bersifat nasional, terkenal dan masih dipakai masyarakat.
Sebelum Perang dua Ke II kita mengenal kata daulat, dalam KBBI (2001: 240) mengandung arti: “1. berkat kebahagiaan (yang adal pada raja); bahgia; 2. kekuasaan; pemerintah. Kata ini digunakan dalam kalimat ,”Penyerahan kedaulatan Republik Indonesia; Negara Republik Indonesia yang merdeka berdaulat. Tetapi pada waktu revolusi fisik kata daulat bermakna lain yakni, merebut hk dengan tidak sah, memecat dengan paksa. Misalnya: tanah-tanah Belanda banyak yang didaulatoleh rakyat; gubernur itu didaulat tidak dipakai lagi, sehingga kata itu hampir mati meskipun dalam KBBI masih tercantum tetapi sudah jarang pemakainya.
G. Kata-kata yang Tepat
a. Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :bawa-bawah, koorperasi-korporasi, interfensi-interferensi, dan
b. Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.
c. Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain
d. Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut sesuatu.
e. Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
f. Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
g. Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
H. Diksi dalam Kalimat
Diksi dalam kalimat adalah pilihan kata yang tepat untuk ditempatkan dalam kalimat sesuai makna, kesesuaian, kesopanan, dan bisa mewakili maksud atau gagasan. Makna kata itu secara leksikal banyak yang sama, tetapi penggunaanya tidak sama. Seperti kata penelitian, penyelidikan. Kata-kata tersrbut bersinonim (mempunyai arti yang sama), tetapi tidak bisa ditempatkan dalam kalimat yang sama.
Contoh dalam kalimat; “Mahasiswa tingkat akhir harus mengadakan penelitian untuk membuat karya ilmiah sebagai tugas akhir dalam studinya”;”Penyelidikan kasus penggelapan uang negara sudah dimulai”; Berdasarkan pengamatan saya situasi belajar di kelas A cukup kondusif; Berdasarkan hasil penyidikan polisi, ditemukan fakta-fakta yang memperkuat dia menjadi tersangka. Keempat kata dalam kalimat-kalimat itu tidak bisa dtukar. Seandainya ditukar, tidak akan sesuai sehungga akan membingungkan pendengar atau pembaca. Dari segi kesopanan, kata mati, meninggal, gugur, mangkat, wafat, dan pulang ke rahmatullah,dipilih berdasarkan jenis mahluk, tingkat sosial, dan waktu. Contoh : Kucing saya mati setelah makan ikan busuk; Ayahnya meninggal tadi malam; Pahlawanku gugur di medan laga; Beliau wafat 1425H. Frase biasa dipakai dalam bewara kematian di surat kabar, seperti”…telah pulang ke rahmatullah kakek Jauhari….”. dari segi makna, kta islam dan muslim sering salah penggunaanya dalam kalimat. Kita pernah mendengar orang berkata, “Seelah menjadi Islam dia rajin bersedekah”. Seharusnya, “Setelah masuk Islam dia rajin bersedekah”.
Kalau mau menggunakan kata menjadi maka selanjutnya harus menggunakan kata muslim. Contoh, “Setelah menjadi muslim dia rajin bersedekah”. Islam adalah nama agama yang berarti lembaga, sedangkan muslim adalah orang yang beragama Islam. Kata menjadi dapat dipasangkan dengan orangnya dan kata masuk tepat dipasangkan dengan lembaganya.
I. Pengertian Diksi
a. Mencakup pengertian kata-kata yang fipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, cara menggabungkan kata-kata. Yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi tertentu.
b. Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yangdimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca.
c. Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak.
J. Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatic adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
Ungkapan yang bersifat idiomatic terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi didalam tulisan.
Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatic adalah sebagai berikut.
Menteri Dalam Negri bertemu Presiden SBY. ( salah )
Menteri Dalam Negri bertemu dengan Presiden SBY. ( benar )
Disamping itu, ada beberapa kata yang berbentuk seperti itu, yaitu
Sehubungan dengan
Berhubungan dengan
Sesuai dengan
Bertepatan dengan
Sejalan dengan
Ungkapan idiomatik lain yang perlu diperhatikan ialah
Salah benar
Terdiri terdiri atas / dari
Terjadi atas terjadi dari
Disebabkan karena disebabkan oleh
Tergantung kepada bergantung pada
Baik . . . ataupun baik . . . walaupun
Friday, March 12, 2010
Menumbuhkan Sikap Bahasa Yang Positif terhadap Bahasa Indonesia Bagi Mahasiswa
Bahasa Indonesia adalah bahasa ibu bagi bangsa Indonesia. Bahasa inilah yang digunakan oleh seluruh masyarakat dalam berinteraksi dengan sesama masyarakat Indonesia, terutama yang memiliki latar belakang (suku )yang berbeda-beda. Banyak orang mengatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa. Hal ini memungkinkan mengingat begitu beragamnya suku bangsa di Indonesia dengan berbagai budayanya masing-masing termasuk, bahasa.
Sikap positif terhadap bahasa Indonesia tentu amat sangat diperlukan. Dimana bahasa suatu Negara merupakan ciri atau penggambaran terhadap budaya suatu Negara (bangsa). Dan hal ini seharusnya timbul dari kalangan Mahasiswa.Karena Mahasiswa memiliki tingkat akademisi yang dianggap paling tinggi dalam masyarakat. Sehingga diharapkan memiliki pola tingkah laku yang lebih ber’pendidikan’ dan mampu menjadi panutan bagi lingkunganya.
Sikap positif terhadap bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia, menurut saya adalah cara kita memperlakukan bahasa Indonesia. Cara kita menuturkan kata dalam bahsa Indonesia. Dalam suatu bahasa, kita kenal dengan EYD. Disinilah kita harus bersikap positif terhadap suatu bahasa, yaitu dengan menuturkan (mengucapkan ) kata/kalimat dan atau menuliskanya sesuai dengan EYD. Bukan hanya agar budaya kita tetap terpandang dengan baik. Tetapi agar apa yang kita ingin sampaikan tertuju maksudnya dan tidak diartikan lain.
Sikap positif ini, secara sadar harusnya berkembang didalam Mahasiswa.Terutama pada lingkungan formalnya. Apalagi mengingat Mahasiswa memiliki pengaruh yang kuat dalam masyarakat dan tingkah lakunya selalu diperhatikan masyarakat.
Saya rasa, memang tak ada salahnya jika kita menggunakan bahasa Indonesia dengan tidak memerhatian EYD dalam percakapan sesama teman (dalam ruang nonformal). Karena perubahan lingkungan serta pola piker masyarakat menuntun kita pada bahsa “gaul”. Asalkan masih dalam konteks yang mampu diterima oleh orang lain.
QUESTION’S ANSWERS
1. yang dimaksud ejaan adalah : keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan tanda baca.
2. Yang menjadi ruang lingkup EYD :
a. penulisan huruf
- huruf kapital
- huruf miring
b. penulisan kalimat
- kata dasar
- kata turunan
- kata ulang
- gabungan kata
- gabungan kata ditulis serangkai
c. singkatan dan akronim
d. penulisan Angka dan bilangan
e. penulisan lambanga bilangan
f. penulisan tanda baca
3. sebuah bahsa tentu memerlukan adnya EYD. Karena dengan EYD kita dapat berkomunikasi dengan lebih baik yang dapat mencapai sasaranya.
4. peranan ejaan bagi ragam tulis untuk memberikan ‘rambu-rambu’ pada penulisan tulisan.
Sikap positif terhadap bahasa Indonesia tentu amat sangat diperlukan. Dimana bahasa suatu Negara merupakan ciri atau penggambaran terhadap budaya suatu Negara (bangsa). Dan hal ini seharusnya timbul dari kalangan Mahasiswa.Karena Mahasiswa memiliki tingkat akademisi yang dianggap paling tinggi dalam masyarakat. Sehingga diharapkan memiliki pola tingkah laku yang lebih ber’pendidikan’ dan mampu menjadi panutan bagi lingkunganya.
Sikap positif terhadap bahasa, dalam hal ini bahasa Indonesia, menurut saya adalah cara kita memperlakukan bahasa Indonesia. Cara kita menuturkan kata dalam bahsa Indonesia. Dalam suatu bahasa, kita kenal dengan EYD. Disinilah kita harus bersikap positif terhadap suatu bahasa, yaitu dengan menuturkan (mengucapkan ) kata/kalimat dan atau menuliskanya sesuai dengan EYD. Bukan hanya agar budaya kita tetap terpandang dengan baik. Tetapi agar apa yang kita ingin sampaikan tertuju maksudnya dan tidak diartikan lain.
Sikap positif ini, secara sadar harusnya berkembang didalam Mahasiswa.Terutama pada lingkungan formalnya. Apalagi mengingat Mahasiswa memiliki pengaruh yang kuat dalam masyarakat dan tingkah lakunya selalu diperhatikan masyarakat.
Saya rasa, memang tak ada salahnya jika kita menggunakan bahasa Indonesia dengan tidak memerhatian EYD dalam percakapan sesama teman (dalam ruang nonformal). Karena perubahan lingkungan serta pola piker masyarakat menuntun kita pada bahsa “gaul”. Asalkan masih dalam konteks yang mampu diterima oleh orang lain.
QUESTION’S ANSWERS
1. yang dimaksud ejaan adalah : keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan penulisan tanda baca.
2. Yang menjadi ruang lingkup EYD :
a. penulisan huruf
- huruf kapital
- huruf miring
b. penulisan kalimat
- kata dasar
- kata turunan
- kata ulang
- gabungan kata
- gabungan kata ditulis serangkai
c. singkatan dan akronim
d. penulisan Angka dan bilangan
e. penulisan lambanga bilangan
f. penulisan tanda baca
3. sebuah bahsa tentu memerlukan adnya EYD. Karena dengan EYD kita dapat berkomunikasi dengan lebih baik yang dapat mencapai sasaranya.
4. peranan ejaan bagi ragam tulis untuk memberikan ‘rambu-rambu’ pada penulisan tulisan.
Subscribe to:
Posts (Atom)